Hasanah619's Blog

Desember 26, 2009

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA BIOKIMIA

Filed under: Penilaian Status Gizi — Tag: — hasanah619 @ 8:16 pm

PENILAIAN STATUS VITAMIN

VITAMIN C

Vitamin C diperlukan pada pembentukan zat kolagen oleh fibrobblast hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intasel. Vitamin C diperlukan juga pada proses pematangan eritrosit dan pada pembentukan tulang dan dentin. Selain itu juga berperan dalam respirasi jaringan.

Pada scurvy (kekurangan vitamin C) pertumbuhan anak terganggu dan timbul pendarahan kapiler dimana-mana. Pada waktu anak dilahirkan persediaan vitamin C cukup banyak, maka kejadian infatile scurvy kebanyakan terjadi pada umur 6-12 bulan. Pada umur 1 tahun umumnya anak sudah mendapat diet yang lebih bervariasi sehingga angka kejadian menurun.

Gejala-gejala yang menonjol adalah :

–       Cengeng / mudah marah

–       Rasa nyeri pada tungkai bawah

–       Pseudoparalisis tungkai bawah, sedangkan tungkai atas jarang terserang

Kelainan radiologis

Terutama pada bagian tulang yang sedang aktif tumbuh, seperti ujungsternum tulang rusuk, ujung distal femur, ujung proximal humurus, kedua ujung tibia dan fibula, dan ujung distal radius dan ulna.

Gambaran radiologis menunjukkan adanya garis epifisis yang agak kabur dan tidak rata seperti biasa, osteoporosis ringan, pembengkakan pada ujung tulang panjang, terutama pada ujung bawah femur disebabkan oleh  pendarahan subperios.

VITAMIN B1 (TIAMIN)

Defisiensi vitamin B1 (Atiaminosis)

Faktor etiologis.

Defisiensi tiamin menyebabkan penyakit beri-beri. Bilamana diet wanita yang sedang mengandung tidak cukup mengandung vitamin B1, maka anak yang dilahirkan dapat menderita beri-beri kongenital atau gejala beri-beri akan timbul pada bayi yang sedang disusui.

Penyakit ini dapat pula timbul pada anak dengan penyakit gastrointestinal yang menahun, misalnya diare kronis dan sindrom seliak. Gejala penyakit beri-beri pada bayi dan anak umumnya sama dengan gejala yang terjadi pada orang dewasa. Manifestasi penting ialah kelainan saraf, mental dan jantung. Kadang-kadang ditemukan kasus beri-beri bawaan, akan tetapi sebagian besar terdapat dalam triwulan pertama.

Gejala antiaminosis.

1.  Beri-beri infantil.

Umumnya ditemukan dalam keadaan akut. Gejala prodormal ringan saja atau tidak tampak sama sekali. Anak yang tampaknya sehat selama 1-2 minggu tidak menunjukkan bertambahnya berat badan, kadang-kadang tampak gelisah, menderita pilek atau diare. Perubahan jantung datang tiba-tiba dengan takikardia dan dispne yang dapat mengakibatkan kematian mendadak. Pada pemeriksaan ditemukan jantung yang membesar terutama bagian kanan. Paru menunjukkan tanda kongesti, kadang-kadang terdapat edema, yang disertai oliguria sampai anuria.

Pada kasus yang lebih menahun terdapat edema yang jelas, sering ditemukan efusi perikardial dan kadang-kadang asites. Muntah merupakan gejala yang sering ditemukan. Sistem urat saraf tidak mengalami banyak perubahan, hanya mungkin ditemukan atonia, refleks lutut mungkin negatif, meninggi atau berubah. Kadang-kadang terdapat kejang.

2.  Kasus menahun sering ditemukan pada anak yang lebih besar (late infancy childhood).

Penderita demikian umumnya lebih kecil dibandingkan anak yang sehat, keadaan gizinya kurang dan tedapat edema. Sering gejala yang menarik perhatian ialah atonia yang disebabkan oleh edema pita suara. Kadang-kadang perutnya membuncit karena meteorismus. Paralisis seperti yang tampak pada orang dewasa jarang terlihat pada anak, walaupun atonia tampak jelas dan refleks lutut berkurang atau menghilang.

Pencegahan.

Diet anak yang baik umumnya mengandung cukup tiamin. Pemberian vitamin B1 tambahan diperlukan untuk para ibu yang sedang mengandung atau menyusui. Dianjurkan untuk memberikan 1,8 mg vitamin B1 setiap hari pada para ibu yang sedang mengandung dan 2,3 mg vitamin B1 pada ibu yang sedang menyusui, 0,4 mg untuk bayi dan 0,6-2 mg pada anak yang lebih besar. Anak dengan penyakit gastrointestinal menahun atau yang sedang mendapat makanan parenteral, harus diberi tiamin tambahan.

Pengobatan.

Bayi : 5-10 mg/hari

Anak : 10-20 mg/hari

Pengobatan diberikan untuk beberapa minggu lamanya. Bilamana penderita mengalami diare atau muntah yang lama, maka vitamin tersebut harus diberikan secara intramuskulus atau intravena. Pada penderita yang masih mendapat ASI, maka ibunya harus pula diberi vitamin B1 tambahan.

VITAMIN B2 (Riboflavin)

Defisiensi vitamin B2 (Ariboflavinosis)

Faktor etiologis.

Gejala defisiensi vitamin B2 akan tampak bilamana :

  • Stomatitis angularis.

Pada sudut mulut terdapat maserasi dan retak-retak (fisura) yang memancar ke arah pipi. Kadang-kadang luka sudut mulut tersebut tertutup keropeng. Bilamana luka demikian berulang-ulang timbul pada akhirnya akan menimbulkan jaringan parut.

  • Glositis.

Lidah akan tampak merah jambu dan licin karena struktur papil hilang.

  • Kelainan kulit.

Perubahan pada kulit berupa luka seboroik pada lipatan nasolabial, alae nasi, telinga dan kelopak mata. Kadang-kadang ditemukan juga dermatitis pada tangan, sekitar vulva, anus dan perineum.

  • Kelainan mata.

Dapat timbul fotofobia, lakrimasi, perasaan panas. Pada pemeriksaan dengan slitlamp akan tampak vaskularisasi kornea dan keratitis interstitialis.

Pencegahan dan pengobatan.

Ariboflavinosis dapat dicegah dengan diet yang mengandung cukup susu, telur, sayur-mayur dan daging. Dianjurkan pemberian sehari-hari 0,6 mg untuk bayi, 1-2 mg untuk anak dan 2-3 mg untuk dewasa.

Pada anak dengan tanda-tanda ariboflavinosis dapat diberikan 10 mg/hari vitamin B2 untuk beberapa minggu lamanya.

Urin 24 jam yang mengandung riboflavin kurang dari 50 mg merupakan indikasi adanya kekurangan vitamin B2 dan biasanya sudah disertai gejala klinisnya.

NIASIN (Asam nikotinat, nikotinamida, vitamin B3)

Defisiensi niasin (Pelagra)

Gejala

Terutama dermatitis kadang-kadang disertai kelainan saraf dan psikis.

Pengobatan

Dapat diberikan niasin 0,02 g/kgbb/hari, peroral, subkutan atau intramuskular.

VITAMIN B6 (Piridoksin, Piridoksal, Piridoksamin)

Defisiensi vitamin B6

Gejala

Gejala defisiensi piridoksin ialah cengeng, mudah kaget, kejang (tonik-klonik). Pemberian INH yang lama pada orang dewasa tanpa tambahan vitamin B6 dapat menimbulkan polineuritis. Ada yang berpendapat bahwa vitamin B6 dapat menyembuhkan dermatitis seberoik.

Kebutuhan akan vitamin B6

Bayi: 0,2 – 0,5 mg/hari. Anak yang lebih besar 1,5 – 2 mg/hari. Banyak vitamin B6 yang diperlukan bertalian dengan banyaknya pemberian protein, sehingga makin besar anak makin banyak vitamin B6 yang diperlukan. Adakalanya terdapat gejala defisiensi vitamin B6 pada seorang penderita, walaupun makanannya mengandung cukup vitamin B6

VITAMIN B12 (Kobalamin)

Defisiensi vitamin B12

Fisiologi

Vitamin B12 dianggap sebagai komponen antianemia dalam faktor ekstrinsik. Getah lambung orang normal mengandung substansi yang disebut faktor intrinsik yang bereaksi dengan faktor ekstrinsik yang terdapat dalam daging, susu atau bahan makanan lain untuk membuat substansi antianemia. Faktor antianemia tersebut diserap dan disimpan dalam hati. Pada anemia pernisiosa biasanya faktor intrinsik tidak terdapat dalam getah lambung.

Walaupun daging mengandung vitamin B12, namun tidak dapat digunakan oleh penderita anemia pernisiosa, karena faktor intrinsik tidak ada. Vitamin B12 terikat pada protein dan hanya dapat dileaskan oleh faktor intrinsik untuk kemudian diserap.

Patologi

Defisiensi vitamin B12 dapat timbul bila :

a.  Terdapat kekurangan vitamin B12 dalam diet (seperti orang vegetarian)

b.  Tidak terdapat faktor intrinsik seperti pada penderita anemia pernisiosa.

c.  Terdapat gangguan resorpsi (penyerapan kembali) vitamin B12.

Gejala

Defisiensi vitamin B12 menimbulkan anemia dengan gejala lidah yang halus dan mengkilap, tidak terdapat asam hidroklorida dalam asam lambung (pada penderita anemia pernisiosa), perubahan saraf, anemia makrositik hiperkromik. Sel darah membesar dan berkurang jumlahnya. Hal ini disebabkan oleh gangguan pembentukan atau proses pematangan sel darah merah.

Kebutuhan: 1 – 2 gama/hari.

Pengobatan

Pemberian vitamin B12 pada penderita anemia pernisiosa akan merangsang sumsum tulang membuat sel darah merah. Pada anemia makrosistik lain, vitamin B12 akan memberikan perbaikan seperti halnya dengan asam folat. Vitamin B12 digunakan pula masa rekovalensi penyakit berat sebagai perangsang metabolisme.

PENILAIAN STATUS MINERAL

1. Iodine

Yodium diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan serta fungsi otak. Meskipun kebutuhan yodium sangat sedikit (0.15 µg) kita memerlukan yodium secara teratur setiap hari. Kekurangan yodium akan mengalami gangguan fisik antara lain gondok, badan kerdil, gangguan motorik seperti kesulitan untuk berdiri atau berjalan normal, bisu,tuli atau mata juling. Sedangkan gangguan mental termasuk berkurangnya kecerdasan.

Untuk mengetahui total goitre rate (pembesaran kelenjar gondok) dimasyarakat bisa dilakukan dengan palpasi atau dengan cara lain yaitu dengan melakukan pemeriksaan kadar yodium dalam urin dan kadar thyroid stimulating hormone dalam darah. Metode penentuan kadar yodium dalam urin dengan menggunakan metode Cerium.

Prosedur penentuan kadar yodium dengan metode Cerium adalah sebagai berikut :

  1. 10 ml urin didestruksi (pengabuan basah) dengan penambahan 25 ml asam klorat 28% dan 1 ml kalium kromat 0.5 %.
  2. Panaskan diatas hotplate sehingga volume larutan menjadi kurang dari 0.5 ml. Larutan ini diencerkan dengan air suling sehingga volume larutan menjadi 100 ml.
  3. Dari larutan terakhir ini dipipet 3 ml, kemudian ditambahkan 2 ml asam arsenit 0.2 N; lalu didiamkan selama 15 menit.
  4. Ke dalam tiap larutan kemudian ditambahhkan 1 ml larutan cerium (4+) ammonium sulfat 0.1 M; dikocok kembali didiamkan selama 30 menit. Absorpsi dilakukan pada panjang gelombang 420 nm.

Kurva standar dibuat dengan cara yang sama seperti di atas pada kadar yodium 0.01; 0.02; 0.03; 0.04; dan 0.05 ppm. Larutan standar induk yang berkadar 100 ppm ddibuat dengan melarutkan 0.0168 g KIO3 dalam 100 ml air suling.

Karena kadar yodium dalam urin dinyatakan dalam mg 1 per g kreatinin, maka diukur pula kadar kreatinin urin dengan cara sebagai berikut :

1.  0.1 ml urin yang telah diencerkan 100 kali ditambahkan 4 ml H2SO4 1/12  N dan 0.5 ml natrium tungstat.

2.   Setelah itu dikocok dan didiamkan selama 15 menit lalu dipusing selama 10 menit.

3.  Supernatan dipisahkan lalu ditambahkan 0.5 ml larutan campuran 1 ml asam pikrat 10% dan 0.2 ml NaOH 10%.

4.  Setelah didiamkan selama 15 menit, absorpsi larutan dibaca pada panjang gelombang 520 nm.

Standar kreatinin dengan konsentrasi 1 mg dikerjakan dengan cara yang sama.

Perhitungan kadar yodium per g kreatinin : jiak diketahui konsentrasi yodium A µg/l urin dan kadar kreatinin B g/l. maka kadar yodium A/B µg/g kreatinin.

Batasan dan klasifikasi pemeriksaan kadar yodium dalam urin :

Suatu daerah dianggap endemis berat bila rata-rata ekskresi yodium dalam urin lebih rendah dari 25 µg yodium/gram kreatinin., endemik sedang bila ekskresi yodium dalam urin 25-50 µg iodium/gram kreatinin. Anak sekolah dapat digunakan sebagai target penelitian karena prevalensi GAKI pada anak sekolah umumnya menggambarkan prevalensi yang ada dalam masyarakat.

2. Zink

Zink adalah metaloenzim dan bekerja sebagai koenzim pada berbagai system enzim. Tubuh mengandung 1-2 g zink. Tulang, gigi, rambut, kulit, dan testis mengandung banyak zink. Dalam darah zink terdapat dalaam plasma terikat pada albumin dan globulin.

Penilaian konsentrasi zink jaringan tidak dapat dilakukan walaupun sudah dianjurkan analisa rambut, dan ekskresi zink ke urin bisa mencerminkan simpanan zink tubuh. Dalam pemeriksaan kemungkinan penyebab kelambatan penyembuhan luka pasca bedah, mungkin analisa zink plasma (dengan spektometri absorpsi atomik) bisa membantu.

Batasan dan interpretasi pemeriksaan kadar zink dalam plasma adalah 12-17 mmol/liter dikatakan normal.

3. Kalsium

Kalsium adalah mineral yang berada dalam tubuh ± 2% dan lebih dari 99% terdapat didalam tulang. Kalsium darah mempunyai 2 fungsi essensial  yaitu untuk proses pembekuan dan efek terhadap jaringan syaraf. Konsumsi yang dianjurkan utnuk bayi sampai umur satu tahun cukup dengan 600 mg, bagi anak umur 1-10 tahun memerlukan 8000 mg, sedangkan anak yang lebih besar dari 10 tahun memerlukan 1-1.5 g. Masukan kalsium yang rendah menimbulkan perbaikan resorpsi dan menurunkan ekskresi kalsium dalam urin.

Batasan dan interpretasi pemeriksaan kadar kalsium dalam darah adalah 2.1-2.6 mmol/liter dikatakan normal.

4. Fosfor

Fosfor adalah suatu unsur yang penting bagi seluruh sel-sel hidup, sayur-sayuran dan hewan, dalam bentuk ester-ester organic, termasuk ATP. Disamping itu mineral tulang rangka sebagian besar terdiri dari kalsium fosfat.

Tingginya kadar fosfat selama masa pertumbuhan penting untuk menjamin kelangsungan proses mineralisasi pada tulang-tulang dan tulang rawan yang sedang tumbuh. Kebutuhan fosfor dalam darah adalah 2.5-4.5 µg/100 µl.

5. Magnesium

Magnesium adalah ion intrasel dan bekerja sebagai kofaktor pada fosforilasi oksidatif dan juga didepositokan pada tulang. Konsentrasi magnesium dalam serum mempengaruhi transmisi syaraf dan kontraksi otot. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi kalsium seperti asam fitat, asam lemak, dan fosfor juga mempengaruhi absorpsi magnesium. Kekurangan mineral ini jarang terjadi kecuali pada KEP berat. ASI maupun susu sapi mengandung cukup magnesium untuk memenuhi kebutuhan bayi. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme Mg seperti hormon paratiroid, mempengaruhi pula magnesium. Batasan dan interpretasi pemeriksaan kadar magnesium dalam darah adalah 1.8-2.4 µg/ 100 ml.

6. Krom (Chromium)

Krom berperan penting pada metabolisme karbohidrat dan glukosa. Mineral tersebut menstimulir sintesis asam lemak dan kolesterol dalam hepar. Kekurangan krom mengakibatkan pertumbuhan yang berkurang dan sindroma yang menyerupai diabetes mellitus. Hanya beberapa persen masukan krom dapat diserap oleh saluran pencernaan. Kadar krom dalam darah normal berkisar 0.14-0.15 µg/ml untuk serum atau 0.26-0.28 µg/ml untuk plasma.

7. Tembaga (Copper)

Kekurangan tembaga sangat jarang ditemukan terkecuali pada penderita KEP berat atau anak yang menderita diare menahun. Anak KEP dalam fase penyembuhan hanya mendapat diet susu rendah tembaga bisa menderita anemia, menunjukan perubahan tulang seperti pada scurvy (kekurangan vitamin C), dan hipokupremia. Hipokupremia dapat juga terjadi oleh defek pada sintesis seruloplasma, malabsorbsi atau ekskresi yang berlebihan. Menkes kinky hair syndrome merupakan penyakit bawaan disebabkan defek absorpsi tembaga. Pada penderita demikian terdapat kadar tembaga dan seruloplasmin dalam sirkulasi yang rendah hingga mengakibatkan degenerasi otak yang progresif, pertumbuhan berkurang, rambut yang jarang dan mudah patah, kerusakan pada pembuluh nadi, dan kelainan tulang seperti pada scurvy.

Batasan dan klasifikasi pemeriksaan kadar tembaga dalam darah dalam keadaan normal = 80-150µg/100 ml.

8. Selenium

Pada binatang selenium diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Penyakit jantung endemik yang terdapat di daerah tertentu di negeri China dan menghinggapi terutama anak dan wanita muda dan dikenal dengan sebagai Keshan disease yang dianggap sebagai penayakit kekurangan selenium. Selenium belakangan makin banyak  dipakai baik sebagai selenium organik tunggal maupun kombinasi dengan vitamin E, C, A, B6, dan trace mineral lain.  Dikatakan bahwa selenium dapat melindungi sel tubuh dari kehancuran hingga memperlambat proses menua.

PEMERIKSAAN ZAT GIZI SPESIFIK

Kurang Energi Protein (KEP)

Analisis biokimia yang berkaitan dengan KEP yaitu menyangkut nilai protein tertentu dalam darah atau hasil metabolit dari protein yang beredar dalam darah dan yang dikeluarkan bersama urin. Jenis protein yang menggambarkan status gizi seseorang antara lain Prealbumin, Serum protein dan serum Albumin.

Tabel. Nilai Prealbumin dalam kaitannya dengan Status Gizi

Status gizi Nilai prealbumin µg/dl
Baik*)

Gizi sedang*)

Gizi kurang*)

Gizi buruk*)

  • Marasmus**)
  • Marasmus-Kwashiorkor*)
  • Kwashiorkor**)
23.8 +/-0.9

16.5 +/- 0.8

12.4 +/- 1.0

7.6 +/- 0.6

3.3 +/- 0.2

3.2 +/- 0.4

Keterangan :

*) Menurut klasifikasi Waterlow

**) Menurut klasifikasi Welcome

Tabel. Batasan dan Interpretasi Kadar Serum Protein dan Serum Albumin

No Senyawa & satuan Umur (tahun) kriteria
Kurang Margin Cukup
1 Serum Albumin (gr/100 ml) < 1

1 – 5

6 – 16

16+

Wanita hamil

<2.8

<3.0

<2.8

<3.0

<3.5

2.8-3.4

3.0-3.4

2.5+

3.0+

3.5+

3.5+

3.5+

2 Serum Protein (gr/100 ml) < 1

1 – 5

6 – 16

16+

Wanita hamil

6.0

5.5

<5.0

<5.5

<6.0

6.0-6.4

5.5-5.9

5.0+

5.5+

6.0+

6.5+

6.0+

Kurang Vitamin A (KVA)

Indikator yang digunakan Batas Prevalensi
Plasma Vitamin A >= 10 µg/dl

Liver Vitammin A >= 5 µg/dl

>=5%

>=5%

Anemia Gizi Besi (AGB)

Anemia gizi adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Prevalensi anemia paling tinggi pada ibu hamil (70%) dan pekerja berpenghasilan rendah (40%). Pada anak sekolah sekitar 30% dan pada anak balita sekitar 40%.

Tabel. Batasan Hemoglobin Darah

Kelompok Batas nilai Hb
Bayi / balita

Usia sekolah

Ibu hamil

Pria dewasa

Wanita dewasa

11 g/dl

12 g/dl

11 g/dl

13 g/dl

12 g/dl

Tabel. Batasan Anemia (Menurut Depkes)

Kelompok Batas Normal
Anak balita

Anak Usia sekolah

Wanita dewasa

Laki-laki dewasa

Ibu hamil

Ibu menyusui > 3 bulan

11  gram %

12  gram %

12 gram %

13  gram %

11 gram %

12 gram %

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

GAKY adalah rangkaian kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa, sering dengan kadar hormon rendah angka lahir dan kematian bayi meningkat.

Defisiensi yodium merupakan penyebab dominan gondok endemik yang diklasifikasikan menurut ekskresi yodium dalam urin (µg/gr kreatinin), antara lain :

–     Tahap 1 : gondok endemik dengan rata-rata >50 µg/gram kreatinin dalam urin. Pada keadaan ini suplai hormon tyroid cukup untuk perkembangan fisik dan mental yang normal.

–     Tahap 2 : gondok endemik dengan rata-rata 25-50 µg/gram kreatinin dalam urin. Pada kondisi ini sekresi hormon tyroid boleh jadi tidak cukup, sehingga menanggung resiko hypotyroidisme, tettapi tidak sampai ke kreatinisme.

–     Tahap 3 : gondok endemik dengan rata-rata ekskresi yodium dalam urin kurang dari 25 mg/gram kreatinin. Pada kondisi ini populasi memiliki resiko menderita kreatinisme.

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PEMERIKSAAN BIOKIMIA

Keunggulan

Pemeriksaan biokimia bila dibandingkan dengan pemeriksaan lain dalam penentuan status gizi memiliki keunggulan-keunggulan antara lain :

1.  Dapat mendeteksi defisiensi zat gizi lebih dini

2.  Hasil dari pemeriksaan biokimia lebih obyektif, hal ini karena menggunakan peralatan yang selalu ditera dan pada pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga ahli

3.  Dapat menunjang hasil pemeriksaan metode lain dalam penilaian status gizi

Kelemahan

Selain memiliki keunggulan, pemeriksaan biokimia juga memiliki kelemahan, diantaranya :

1.  Pemeriksaan biokimia hanya bisa dilakukan setelah timbulnya gangguan metabolisme

2.  Membutuhkan biaya yang   cukup mahal

3.  Dalam melakukan pemeriksaan diperlukan tenaga ahli

4.  Kurang praktis dilakukan dilapangan, hal ini karena pada umumnya pemeriksaan laboratorium memerlukan peralatan yang tidak mudah dibawa kemana-mana.

5.  Pada pemeriksaan tertentu spesimen sulit untuk diperoleh, misalnya penderita tidak bersedia diambil darahnya.

6.  Membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak dibandingkan dengan pemeriksaan lain.

7.  Belum ada keseragaman dalam memilih reference (nilai normal). Pada beberapa reference nilai normal tidak selalu dikelompokkan menurut nkelompok umur yang lebih rinci.

8.  Dalam beberapa penentuan pemeriksaan laboratorium memerlukan peralatan laboratorium yang hanya terdapat dilaboratorium pusat, sehingga didaerah tidak dapat dilakukan.

Tinggalkan sebuah Komentar »

Belum ada komentar.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar